Senin, 07 Maret 2016

manfaat mengkudu


Manfaat Buah Mengkudu

manfaat-daun-buah-mengkudu-untuk-kesehatanManfaat buah mengkudu sendiri, tak lain dikarenakan 150 kandungan fitonutrien yang terdapat di dalamnya. Adapun fitonutrien adalah zat tambahan lainnya yang ditemukan pada tanaman selain kandungan mineral dan vitamin. Zat inilah yang juga berfungsi sebagai anti-virus, anti inflamasi, dan anti bakteri. Selain itu, fitonutrien sendiri bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki sel-sel di dalam tubuh.
Buah mengkudu juga dipercaya memiliki efek analgesik dalam tubuh, yang artinya tubuh akan mendapatkan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit, termasuk kanker. Kandungan vitamin A, B kompleks, C, sulfur, kalium, fosfor, asam amino, dan kalsium memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Jadi, dengan mengkonsumsi buah mengkudu Anda akan mendapatkan beberapa keuntungan yang dihasilkan dari mengkudu.

Manfaat Daun Mengkudu

Selain pada buahnya, mengkudu juga memiliki khasiat yang terdapat di dalam daunnya. Daun mengkudu ini ternyata bisa digunakan baik untuk kesehatan maupun kecantikan tubuh. Daun mengkudu ini bisa Anda olah sebagai pengganti sayuran untuk dikonsumsi.
Adapun manfaat daun mengkudu sendiri adalah menyembuhkan ambeien secara alami, mengobati perut kembung pada anak. Sedangkan bagi kecantikan, daun mengkudu berfungsi sebagai obat penghilang jerawat dan obat pelangsing tubuh alami.

Manfaat Buah Mengkudu Untuk Kesehatan

Beberapa manfaat yang Anda dapatkan jika mengkonsumsi buah mengkudu ini, antara lain:
– Meredakan nyeri haid atau gejala PMS
Kandungan yang terdapat dalam buah mengkudu, ternyata sangat efektif untuk meredakan sakit saat PMS atau ketika menstruasi. Selain itu, buah mengkudu dipercaya dapat meminimalisir perubahan hormon ketika masa PMS dan menstruasi sehingga sindrom menstruasi bisa diatasi, seperti mengurangi rasa sensitif, dan mood yang berubah-ubah saat menstruasi.
– Mencegah kanker
Keuntungan lainnya jika mengkonsumsi buah mengkudu ini adalah melawan kanker. Ya, buah mengkudu merupakan buah anti kanker yang dapat mencegah perkembangan sel-sel kanker di dalam tubuh. Adapun kanker yang bisa dicegah oleh buah mengkudu ini adalah kanker payudara dan kanker serviks.
– Mengatasi kulit bersisik
Kulit kering dan bersisik membuat Anda tidak nyaman? Kini saatnya Anda memanfaatkan tanaman alami untuk kecantikan dan kesehatan kulit, yaitu buah mengkudu. Untuk menghaluskan kulit, caranya gosok bagian kulit bersisik menggunakan buah mengkudu secara merata, lalu biarkan selama 10 menit. Setelah itu, bersihkan menggunakan kain yang sudah dibasahi oleh air hangat.
– Menyehatkan tulang
Tak hanya berfungsi untuk mencegah penyakit saja, tetapi buah mengkudu yang memiliki kandungan metil asetil, morindone, dan asam kapril ini dapat meningkatkan kekuatan tulang-tulang dalam tubuh. Minumlah jus mengkudu secara teratur untuk mencegah pengeroposan pada tulang.
Ya, itulah sejuta manfaat mengkudu yang terkandung dalam buah dan daunnya untuk Anda semua. Semoga bermanfaat!

Minggu, 06 Maret 2016

Jadilah Pelita




Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

Sumber:

 


Badrun membawa piringnya, seperti biasa, mengantri setiap pagi untuk sarapan pagi. Wajahnya selalu tersenyum pada setiap orang. Walaupun dia masih muda, nampak kerut-kerut di wajahnya, yang membuat dia kelihatan lebih tua dari umurnya. Karena kasus manipulasi, Badrun harus mendekam di penjara ini.
Hukum memang tak kenal belas kasihan. Orang yang mengenal Badrun dari dekat pasti tak tega, kenapa orang sebaik dia harus masuk penjara.
Sebelum masuk penjara ini, dia adalah akuntan sebuah perusahaan besar. Dari gajinya bekerja, dia dapat menghidupi anak dan istrinya, mempunyai rumah dan kendaraan. Dia juga punya sebidang tanah untuk sekedar berkebun, warisan orangtuanya. Hidupnya betul-betul bahagia.
Sampai akhirnya, suatu tragedi telah berlaku padanya. Urusannya hanya sepele, pada mulanya, sebagai seorang karyawan dengan posisi basah, di sebuah perusahaan, sedikit banyak pasti menimbulkan kecemburuan antara sesama rekan kerjanya.
Adalah Santi, seorang sekretaris bos, wanita pintar tapi liar, yang membikin gara-gara. Sudah lama dia memendam rasa iri pada Badrun. Karena posisinya, sebagai sekeretaris direktur, ternyata tak bisa sekedar memanipulasi uang belanja perusahaan. Sebab setiap kali dia membujuk Badrun, tak bisa juga dapat, walaupun satu sen. Badrun memang tak bisa sembarangan mengeluarkan uang, sebelum disetujui atasan.
Sebagai wanita pintar, Santi tahu kelemahan lelaki, dan mengetahui pula kelebihannya sebagai wanita. Disebarkannya gossip ke seluruh karyawan, kalau dia menjalin hubungan dengan Badrun. Dan dengan aktingnya yang meyakinkan, berhasil mengelabui seluruh karyawan, kalau dia sudah betul-betul dekat dengan Badrun. dengan berbagai bujuk rayu dan kata yang manis pada staff bawahan Badrun pula, dia berhasil mempunyai akses ke bagian keuangan, bagian yang dikepalai Badrun.
Badrun tak suka dengan sifat Santi, tapi dia juga tak bisa bersikap kasar, apalagi Santi adalah sekretaris bosnya. Dengan halus ditegurnya sikap Santi tersebut, tapi Santi memang sudah nekat. Entah bagaimana, tiba-tiba saja uang sebesar lebih dari 1 milyar tak diketahui keberadaannya. Tak ada kwitansi, tak ada nota, tak ada barang hasil pembelian dan sebagainya.
Badrun yakin, ini ulah Santi, tapi dia tak bisa membuktikannya. Seluruh transaksi keluar dan masuk uang, selalu memakai nama dia. Akhirnya vonis menimpa dia, didakwa menggelapkan uang perusahaan. Bukan itu saja, ternyata gossip yang disebarkan Santi sudah sampai ke rumah-tangga Badrun. Istri Badrun dibakar cemburu, pergi dari rumah bersama anak kesayangannya.
Ketika sidang pun, istrinya tak datang, apalagi selama dia dipenjara. Kawan-kawan dan tetangganya juga menjaga jarak, mereka tak menyangka, ternyata orang pendiam dan baik itu, bisa berbuat kriminal. Padahal tak terhitung kebaikan-kebaikan selama ini pada tetangga dan teman-temannya.
Seluruh hartanya bendanya, termasuk kebun warisan orangtuanya, dirampas untuk mengganti seluruh kerugian perusahaan.
Bahkan di dalam penjara, Badrun selalu menerima perlakuan-perlakuan yang tidak adil dari sesama penghuni. Sering dia tidak kebagian jatah makanan, uang kerajinan hasil membuat ukiran dipalak dan lain-lain. Tapi itu tak menyurutkannya tersenyum dan menyapa setiap orang serta berbuat baik.
Suatu malam, di dalam mushalla penjara, aku mengobrol dengannya. Bertanya penuh ingin tahu, akan sikapnya selama ini. Kenapa dia tak mau melawan ketika dipukul seorang penghuni yang sok jagoan, kenapa dia diam saja ketika jatah makanannya direbut, kenapa dia tak membalas dendam segala sikap tidak adil yang diterimanya selama ini, baik sebelum atau sesudah dia dipenjara.
Maka, kucatat segala perkataannya, yang tak kulupakan seumur hidupku:
“Manusia sering kali bertindak tak masuk akal dan egois, bagaimanapun juga, maafkanlah mereka.
Kalau kamu berbuat baik, orang-orang akan menyangka kamu punya motivasi di balik perbuatan baikmu itu, bagaimanapun juga, teruskanlah bebuat baik.
Kalau kamu sedang mengalami suatu perkara, kamu akan menemui kawan yang palsu, dan lawan yang sesungguhnya. Terus jalani urusan itu.
Kalau kamu jujur dan terus-terang, orang akan mengira kamu sedang berbuat curang, bagaimanapun juga, tetaplah berlaku jujur.
Apa yang kamu bangun selama bertahun-tahun, bisa saja dihancurkan oleh seseorang dalam waktu satu malam. Tapi, tetaplah membangun bangunan itu.
Kalau kamu berada dalam kedamaian dan kebahagiaan, orang-orang pasti iri dan cemburu; tetaplah kamu bahagia dan tersenyum dalam kedamaianmu.
Perbuatan baik yang hari ini kamu lakukan, bisa jadi dilupakan oleh orang esok hari; bagaimanapun juga, tetaplah berbuat baik.
Berilah dunia ini yang paling bagus yang kau miliki, dan itu belum tentu cukup; tapi, bagaimanapun juga, tetaplah memberi.
Kamu lihat, pada akhirnya, ini adalah urusan antara kamu dan Tuhan”.

Sumber:
Tentang sebuah impian
Aku ingin menulis tema ini karena hal inilah yang membuat aku bertahan di dunia ini. Impian adalah pangkal dari segalanya. Aku memiliki banyak impian, yang pasti aku bermimpi menjadi orang yang bahagia di dunia ataupun diakhirat. Kadang aku membayangkan syurga, aku beserta pria yang begitu kucintai, nabi Muhamad hidup disebuah tempat yang sama, tidak ada hal yang menyedihkan yang ada hanyalah hal yang menyenangkan. Walaupun begitu pria itu telah mengajarkan padaku untuk meraih hal itu tidaklah mudah, sebelum aku datang ke tempat kami akan bertemu, aku harus melalui kehidupan dunia fana yang penuh ujian dulu. Untuk itu aku bisa bertahan dengan impian. Impian adalah iman yang harus kupegang erat. Bukan berarti aku menyamakan impian dengan tuhan. Aku percaya tuhan, karena tuhanlah sang pencipta, tuhan juga yang telah mengirim muhamad untuk membimbingku. Aku makhluk ciptaan tuhan dan akan menjadi pelayannya yang setia. Tapi dibalik itu semua, aku adalah makhluk yang diciptakan untuk sebuah kebebasan, kebebasan dalam membangun impian dan merealisasikannya hingga membuat hidupku penuh warna, yang membuat roman kehidupanku begitu indah untuk dibaca. Aku tidak ingin kisah hidupku tertulis dengan hal yang biasa-biasa. Aku ingin menjadi luar biasa, dengan kisah yang luar biasa jadi ketika ku temui pria yang begitu kuidolakan itu, aku akan bercerita padanya tentang impian, tentang kisah dan tentang romansa kehidupanku. Tuhan mungkin telah banyak tahu tentang hidupku tapi muhamad mungkin belum banyak tahu. Dan aku nanti akan menjadi jama’ah muhamad menjadi mahkluk yang begitu membanggakan bagi penciptanya.
Kembali lagi ke masalah impian, aku harus mulai dimana? Baiklah kumulai saja dari bangku sekolah dasar, walaupun aku tak begitu ingat detailnya. Sepertinya saat sekolah dasar aku bermimpi ingin menjadi orang dewasa yang memiliki pekerjaan yang menurutku waktu itu sangat baik, ingin jadi pilot, ingin jadi dokter, ingin jadi polisi, ingin jadi guru dan ingin menjadi ini dan itu.kurasa banyak impian ku waktu itu tidak hanya impian besar tapi juga ada impian-impian kecil, tidak hanya impian untuk diriku tapi juga untuk manusia lain, makhluk lain ataupun dunia lain. Kadang aku bermimpi ingin memiliki sebuah rumah layaknya istana tapi disisi lain aku kadang bermimpi tinggal di sebuah pondok kecil yang begitu tenang. Aku pernah berpikir jadi presiden dan menyingkirkan semua orang jahat tapi kadang aku juga ingin menjadi rakyat jelata, orang baik yang selalu membantu orang lain. Terkadang aku ingin menjadi gadis kecil ayahku yang begitu manis tapi kadang aku juga ingin menjadi putri yang mendampingi seorang pangeran baik hati, yang rajin menabung, suka menolong, memiliki senyum manis, tapi kadang aku ingin dimiliki oleh pria jahat, yang bergaya pemberontak, tidak mempedulikan adat timur, yang kadang begitu kasar. Aku sipemberontak kecil itu memiliki impain-impian liar yang berubah-ubah. Mungkin aku bukan seperti orang hebat yang dari awal memiliki impian pasti yang harus diwujudkan.
Sekolah menengahku mungkin aku juga masih sama, aku punya banyak impian yang berubah-ubah sesuai ruang dan waktu. Hahaha… pasti yang membaca tulisanku ini merasa aku tidak akan memiliki masa depan cemerlang Karena tak punya impian yang pasti, tapi itulah aku, cerita yang kutulis dan kuucapkan akan sangat tergantung dengan moodku, mood yang berpatokan pada situasi ruang dan waktu. Jadi jangan heran ketika sewaktu-waktu aku bercerita tentang sesuatu begitu baik, tapi disisi lain justru sebaliknya. Aku hanya pencerita, aku akan menceritakan sesuatu sesuai dengan dimensi ruang dan waktu. Begini saja bayangkan gajah, aku akan menceritakan gajah padamu dalam beberapa episode karena memang banyak hal dari gajah yang harus kuceritakan. Suatu kali aku mungkin akan menceritakan tentang bentuk gajah, kali lain aku akan menceritakan tentang cara hidup gajah, suatu kali lain lagi aku akan bercerita tentang kenapa gajah begitu besar, di lain kali lain kali lagi aku akan bercerita tentang khasiat gading gajah dan disatu sisi lain lagi aku akan bercerita tentang belalai gajah, jadi tak usah terlalu dipusingkan ceritaku kawan, aku bukannya pembual tapi aku hanya akan mencoba memikirkan sesuatu sesuai dengan yang kuinginkan berdasarkan ruang dan waktu.sekali lagi aku bukan pembual tapi aku hanya bercerita serpihan-serpihan, para pendengarlah yang mewujudkannnya menjadi sebuah puzzle tapi mungkin puzzle itu tak akan pernah sempurna, akan ada bolong disana-sini, karena ceritaku memang takkan pernah bisa meyatu satu samaa lain, ingat aku pencerita, aku senang bercerita dan ingin bercerita.
Hingga kinipun masih sama, impianku begitu banyak, suatu waktu aku ingin kuliah ditempat yang begitu hebat contohnya saja Harvard tapi disisi lain aku ingin kuliah dipedalaman yang tidak mengenal kompetisi. Suatu saat aku suka orang baik yang manis tapi disisi lain kadang aku juga suka dengan orang jahat yang kejam, suatu kali aku ingin keliling dunia melihat tempat-tempat baru sembari merasakan pengalaman-pengalaman baru tapi disisi lain aku ingin hidup disebuah tempat yang tenang tanpa banyak berpikir, cukup hidup sederhana saja, simple kadang kuimpikan juga. Disuatu waktu aku ingin menjadi orang hebat, salah satu ilmuan yang akan meninggalkan peninggalam besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tapi disisi lain kadang aku bermimpi bagaimana kalau aku menjadi seorang wanita yang biasa-biasa saja tanpa harus repot belajar yang kadang diwaktu-waktu tertentu aku benci. Kadang aku ingin menjadi orang kaya tapi kadang aku malah bermimpi untuk tidak menjadi kaya sama sekali. Kadang aku bermimpi jadi orang baik tapi kadang aku ingin juga jadi iblis yang jahat. Aku ingin jadi mother founder DERRJAGADD tapi disisi lain aku ingin jadi ibu rumah tangga yang baik yang melayani anak-anak dan suamiku tanpa memikirkan hal lain, tapi tetap saja aku lebih memilih jadi mother founder DERRJAGADD sepertinya.Ah.. impianku begitu banyak dan abstrak kawan… jika kau bertanya tentang impianku maka akan sangat tergantung dengan situasi ruang dan waktu. Tapi jika kau bertanya tentang tujuanku maka dengan mantap aku menjawab hidup di surga dengan nabi muhamad sebagai pimpinanku untuk menjadi makhluk yang baik bagi penciptaku. Itu saja… terserah kalau kau ingin menganggap aku tak punya masa depan cerah.. terserah saja.. aku tak begitu peduli walau disisi lain aku peduli. Hal yang harus kau ingat kawan aku pencerita yang ceritanya sangat tergantung dengan dimensi ruang dan waktu. Walau begitu aku akan berusaha untuk tidak merugikan orang lain, hanya itu yang bisa kukatakan.

Sumber:

Sepucuk surat ibu dan ayah




Anakku,

Ketika aku semakin tuaaku berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukkuSuatu ketika aku memecahkan piring..atau menumpahkan sup di atas meja, karena penglihatanku berkurangAku harap kamu tidak memarahiku

Orang tua itu sensitifselalu merasa bersalah saat kamu berteriak

Ketika pendengaranku semakin memburukdan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakanAku harap kamu tidak memanggilku "Tuli!"Mohon ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya

Maaf, Anakku

Aku semakin tuaKetika lututku mulai lemah,aku harap kamu memiliki kesabaran untuk membantu ku bangunSeperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan

Aku mohon, jangan bosan dengan kuKetika aku terus mengulangi apa yang ku katakan, seperti kaset rusakAku harap kamu terus mendengarkan akuTolong jangan mengejekku, atau bosan mendengarkanku

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon?

Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan

Maafkan juga baukuTercium seperti orang yang sudah tuaAku mohon jangan memaksaku untuk mandi..Tubuhku lemah..

Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dinginAku harap, aku tidak terlihat kotor bagimuApakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil?Aku selalu mengejar-ngejar kamu..Karena Kamu tidak ingin mandiAku harap kamu bisa bersabar dengan ku, ketika aku selalu rewel

Ini semua bagian dari menjadi tua,kamu akan mengerti ketika kamu tuaDan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicaraBahkan untuk beberapa menit

Aku selalu sendiri sepanjang waktudan tidak memiliki seseorang pun untuk di ajak bicaraAku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan

Bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku,Aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamuApakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil?

Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu

Ketika Saatnya tiba..dan aku hanya bisa terbaring sakit dan sakitAku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku

Maaf

kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakanAku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatkuselama beberapa saat terakhir dalam hidupku

Aku mungkin, tidak akan bertahan lebih lamaKetika waktu kematian ku datangAKu harap kamu memegang tangankudan memberikanku kekuaran untuk menghadapi kematian

Janganlah sedih pada saat itu anakkuKematian bukan hal yang menyakitkanDan kamu belum tahu rasa kematian seperti apa

Jika setelah itu kamu membuka lemariDan menemui bekas baju-bajuku..Simpanlah..Karna aku ingin kamu terus mengingatku..Dan jangan khawatir..Ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta..

aku akan berbisik padaNyauntuk selalu memberikan BERKAH padamuKarna kamu mencintai,Ibu dan Ayahmu...Terima kasih atas segala perhatianmu, nak

Kami Mencintai Mudengan kasih yang berlimpah,

Ibu dan Ayah


Sumber:

Ayah


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-kerut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuk nya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-kerut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab: "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman: "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan: "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya: "Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Kuciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi."

"Kuciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya."

"Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya."

"Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara."

"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. Dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya."

"Kuberikan kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di Dunia dan Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya. "Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah".

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...


Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm...
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Titip Rindu Buat Ayah : Ebiet G Ade

Sumber:

Seorang anak bertengkar dengan ibunya & meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar.

Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.

Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.

Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu…. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.

Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”

Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.

Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”

Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.

Sumber:

Sabtu, 05 Maret 2016

Janjiku Harapanku

   Pagi itu di bulan mei aku merasa harus pergi. Pergi ke mana, entahlah semuanya tidak melalui rencana yang matang dan aku memutuskan harus pergi. Mungkin aku kecewa lantaran apa yang pernah aku harapkan tak kunjung aku peroleh. Meninggalkan rumah adalah satu-satunya jalan yang diambil. “Ke mana?” tanyaku dalam hati sebelum waktu itu tiba dan mengajakku pergi. Hanya kebodohan yang terlintas dalam pikiranku saat itu dan terus mengejekku karena sikapku yang ceroboh. Aku merasa tidak betah dan keseharianku semua waktuku dihabiskan dengan berkumpul bersama teman-teman yang tak ada gunanya sama sekali. Aku merindukan kesenangan dan berkumpul bersama teman-teman adalah jalan satu-satunya. Jalan ini memberiku kesenangan tanpa pernah menyadari bahwa jalan ini tidak selalu memberiku kebahagiaan

Aku termasuk anak jalanan yang tak bisa diatur dan selalu membuat keributan di jalanan dengan melanggar sejumlah aturan lalulintas. Rumahku adalah jalanan dan pinggiran jalan adalah tempat tidurku. Mengkhayal menjadi orang kaya dan nomor satu di tengah masyarakat adalah bagian dari hidupku namun semuanya itu tak disertai dengan tindakan nyata. Yang ada hanyalah kehancuran dan kemalasan selalu ku pupuk dengan bergadang tidak jelas di pinggir jalan. Aku kehilangan masa depan dan pendidikan sebelumnya menjadi sia-sia, dan sama sekali tak membekas dalam otakku.

“Inikah hidupku?” tanyaku di sela kesadaran yang datang hanya sebentar lalu pergi lagi. Aku selalu mencari kesenangan di luar rumah tanpa mempedulikan orangtuaku yang selalu bekerja keras untuk menghidupiku dan juga keluarga. Tak pernah peduli dengan penderitaan mereka yang terus menggiring mereka kepada hari tua mereka. Mungkin orangtuaku sudah kehilangan ide untuk mendidikku sehingga mereka tak peduli lagi denganku dan aku merasa semakin senang melakukan segala sesuatu tanpa ada beban sedikit pun meskipun itu tidak baik untuk dilakukan bahkan merugikan orang lain.

Pakaianku kumal layaknya tak pernah mandi berminggu-minggu dan senyum sinis kepada orang yang mencampuri urusan kehidupanku selalu melekat di bibirku. Aku muak mendengar orang yang menasihatiku dan juga orang yang selalu menegurku akibat tingkahku yang tidak menyenangkan mereka, bahkan aku selalu menghindar jika melihat wajah mereka. Berpesta dengan berbagai minuman keras adalah duniaku dan mabuk-mabukkan menjadi kebiasaanku. Mata yang selalu memerah menjadi rambu-rambu bahwa aku telah lelah dan telah merayakan pesta m*ras. Malam diganti menjadi siang dan siang menjadi malam. Waktu istirahatku adalah di siang hari dan waktu kerjaku di malam hari. Sungguh hidup yang menyedihkan. Sering kali tak mengenakan baju sehingga kulit terlihat hitam dan keriput. Aku menjadi tua di usia muda.

Teriakanku bersama teman-teman di siang hari atau di malam hari menjadi bahasa isyarat bahwa kami sedang atau telah bersenang-senang dengan m*ras atau sejenisnya. Membuat keributan dengan suara kendaraan bermotor dan itu sering dilakukan dalam kelompok menjadi bagian atau aturan dalam kelompok. Dan teriakan atau kutukan dari warga menjadi harapan yang harus didengar dan juga dibalas dengan menambah aksi yang lebih buruk lagi. Hampir semua anggota kelompok bertato.

Kata pendidikan menjadi asing bagiku dan bersenang-senang adalah kosa kata yang paling aku suka paling aku cinta, paling aku sayangi, dan selalu menjadi semboyan dalam kehidupanku. Kini dalam pengembaraanku aku menjadi sadar saatnya belum terlambat untuk mengatakan bahwa pendidikan dan belajar adalah satu-satunya jalan yang dapat memberiku kebahagiaan. Kebahagiaan tak dapat ku raih dengan bergadang ataupun meminum minuman keras yang akrab bersamaku sebelumnya, ternyata itu semua ku rasa hanyalah jalan yang menuntunku menuju penderitaan. Aku memutuskan untuk pergi lantaran keluarga tak ingin lagi melihatku. Apa pun yang terjadi di tanah rantau bermodalkan tekad mau merubah diri, mau bangkit dari keterpurukan semuanya menjadi baik. Bekerja dengan ulet dan rajin dapat mendatangkan uang dan dapat membiayai kuliah sendiri. Itulah pikiran yang pernah terlintas di pikiranku sebelum aku pergi, kuliah dan menjadi seorang PNS yang berprestasi.

Kebiasaan buruk yang pernah terjadi dapat aku kendalikan dan semuanya menjadi nyata ketika aku diterima lagi dalam keluarga dan menjadi orang yang disayangi. Tidak lagi dicap sebagai anak setan, anak durhaka, atau dikutuk agar cepat mati melainkan menjadi anak yang selalu diharapkan untuk hadir selalu saat mereka membutuhkanku. Di sayangi saat aku menjadi baik tidak menjadi masalah bagiku karena aku harus bisa mengakui bahwa aku pernah disayangi sebelumnya dan aku tidak disayangi ketika aku tidak lagi menjadi anak yang baik. Pendidikan membuat aku mampu berpikir dan mampu mencerna setiap peristiwa hidup yang menimpaku.

Bulan mei menjadi bulan bersejarah bagiku untuk selalu mengingat bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dan selalu diingat apabila aku tak lagi ingin belajar. Kebodohan menjadi peluang bagi orang lain untuk meremehkan kita. Saat aku berhasil menyelesaikan pendidikanku aku tak mengharapkan bahwa aku harus menjadi seorang PNS tetapi aku hanya bermimpi bahwa aku bisa menciptakan sebuah lapangan kerja bagi diriku sendiri. Aku harus bisa memanfaatkan pengetahuan dan keterampilanku dalam menciptakan sebuah lapangan kerja. Aku bahagia, dan harapanku jika aku sukses aku akan melanjutkan studiku, bukan lagi malas, bukan lagi berhenti berniat untuk studi. Dan mengembangkan keterampilan menjadi hal yang sangat penting bagiku.

Jiwaku adalah kehidupanku dan janjiku untuk sebuah keberhasilan tarhadap jiwa adalah harapanku. Kebahagiaan memang tak dapat dinilai seberapa jauhkah kita telah bersenang-senang melainkan seberapa besar usaha kita untuk berhasil. Dan jangan pernah bangga terhadap setiap kesenangan yang telah diperoleh karena ada beberapa kesenangan merupakan cara yang terindah menuju kegagalan dan kehancuran. Salam sukses dan raihlah pendidikan dengan usaha yang sungguh murni bukan kecurangan.

Sumber:

Pelangi Di Pagi Hari

   Pagi indah dengan adanya pelangi menghias angkasa. Berbagai warna tergores dengan indahnya. Warna yang berbeda, menambah nilai seni yang melihatnya. Secara perlahan senyum sang mentari mulai nampak dari ufuk barat, memudarkan pelangi indah yang menghangatkan jiwa.

“Kakak?” sapa adikku.
“Hmm, ada apa?” jawabku.
“Kak, kenapa Lori lahir berbeda? Lori ingin seperti mereka?” kata adikku menunjuk anak-anak yang sedang berlarian. “Lori.. kamu pernahkan melihat pelangi?” tanyaku lembut padanya.
“Pasti Kak, kenapa memangnya?”
“Pelangi terbuat dari berbagai warna yang berbeda, indah bukan?” tanyaku lagi.
“Pasti indah Kakak!” jawab adikku penasaran.
“Begitu pun dengan manusia, manusia diciptakan berbeda bentuk, warna kulit, wajah, dan sebagainya, itu adalah tujuan Tuhan untuk memperindah dunia ini, kamu mengerti maksud Kakak?” jawabku panjang lebar padanya.

“Berarti Lori memperindah dunia dong Kak walaupun Lori hanya bisa duduk di kursi roda ini?” tanya polos adikku.
“Tentu sayang, dan satu lagi, kamu tahu mengapa pelangi selalu datang sekejap?” tanyaku lagi.
“Entah Kak,”
“Karena Tuhan tidak akan membiarkan perbedaan itu bertahan lama, dan pada waktu yang ditentukan-Nya semua perbedaan itu akan hilang, dan semua akan sama,” jelasku lagi.
“makasih kakak, kakak udah buat Lori ngak minder lagi sekarang,” jawab adikku sambil ke luar kamarku.

Begitu kasihan hatiku melihat ia begini, bagaimana bisa dia selalu begitu, selalu merasa terbedakan. Tak terasa raja siang kini telah duduk di singgah sananya. Ku ajak adikku keliling komplek rumah kami, di tengah jalan tanpa sengaja aku bertemu dengan sahabatku, yang entah dengan siapa, sepertinya dia orang tuna netra. Sekian lama aku berbincang dengannya, kini ku tahu siapa orang itu, dia adalah seorang anak muda yang tak sengaja Rinda temukan di jalan, dia ingin ke rumah saudaranya yang tak jauh dari sini. Dengan adanya anak muda itu, Lori tak lagi minder lagi, dia sekarang sadar bukan dia saja yang berbeda, namun banyak yang lebih parah darinya.

Senja kini telah tiba, tak terasa hampir sehari aku bermain bersama Lori. Langkah demi langkah ku lalui, dan kini betapa sakitnya aku mendengar ejekan mereka yang begitu kejam, dan ku lihat Lori mulai berkaca-kaca, ku tahu mereka memang sempurna tapi ku lebih tahu adikku jauh lebih sempurna dari mereka. Sampai rumah pun Lori langsung beranjak ke kamar, aku yang tahu kebiasaannya pun ku biarkan saja. Nanti setelah agak tenang ku hampiri dia.

“Sayang, kenapa menangis?” tanyaku ramah.
“Kakak, kenapa mereka selalu begitu sama Lori, sampai kapan Lori terus diejek seperti tadi?” tanyanya sambil menangis.
“Asal kamu tahu, kamu jauh lebih sempurna dibanding mereka, mereka mengejek kamu berarti mereka iri sama kamu?”
“Kenapa begitu Kak?”
“Iya, karena orang yang tidak suka dengan kita berarti dia tak mampu seperti kita, kita umpamakan saja bulan dan matahari. Tugas mereka sama-sama menyinari tapi matahari jauh lebih terang dari bulan,”
“Lalu Kak?”

“Lalu? Matahari tak pernah beranjak dari tempatnya, namun bulan? bulan selalu iri dengan matahari, dia selalu mengejar matahari, walau dia tahu dia tidak akan bisa seperti matahari,” lanjutku. “Lalu apa hubungannya dengan Lori Kak?” katanya.
“Lori harus seperti matahari, walau bulan selalu mengejar atau mengejek Lori, Lori nggak boleh jatuh, cahaya Lori nggak boleh redup, biarlah mereka berkata apa, yang penting Lori tetap kuat, tetap semangat, dan jangan buang air mata kamu hanya buat mereka,” Sergahku padanya. Malam kini telah tiba, ku pejamkan mata ini yang telah terasa amat berat, dalam hatiku berdoa, semoga hari esok jauh lebih baik dari hari ini, dan semoga semua hal buruk hari ini tak akan pernah terjadi lagi.

 

 Sumber: